Gambar Sampul Bahasa Indonesia · p_Pelajaran 16 Memahami Drama
Bahasa Indonesia · p_Pelajaran 16 Memahami Drama
Erwan, dkk

24/08/2021 15:15:43

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

215

Memahami Drama

i

Memahami

Memahami

Drama

Drama

19

Pernahkah Anda mendiskusikan isi drama? Nah, dalam

pelajaran 16 ini, Anda akan belajar mendiskusikan isi drama.

Hal ini bertujuan agar Anda dapat berdiskusi tentang isi teks

drama dan mengevaluasi isi naskah drama. Selain itu, Anda pun

akan menyadur cerpen kedalam bentuk drama dan menganalisis

perkembangan

genre

sastra Indonesia.

16

16

S

u

m

b

e

r

:

D

o

k

u

m

e

n

t

a

s

i

P

e

n

e

r

b

i

t

215

215

Pelajaran

Pelajaran

Alokasi waktu:14 jam pelajaran

Peta

Peta

Konsep

Konsep

melalui

proses

melalui

proses

melalui

proses

Mendiskusikan isi

drama

Menyadur cerpen ke

dalam bentuk drama

Menganalisis perkembangan

berbagai bentuk sastra

Indonesia

• mengetahui sejarah

sastra Indonesia

• memahami jenis karya

sastra

• memahami langkah-

langkah pneyaduran

• mengetahui perbedaan

drama dan cerpen

• melakukan evaluasi

• mmahami unsur

pementasan drama

Kegiatan

Bersastra

terdiri atas

216

216

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Pernahkah Anda mendiskusikan isi teks drama atau

pementasan drama? Tentunya pernah, bukan? Ketika Anda telah

selesai menyaksikan sebuah pementasan drama, Anda dan teman-

teman Anda akan berbincang-bincang atau mungkin berdiskusi baik

itu tentang isi naskah dramanya atau pun pemntasannya. Nah, pada

Pelajaran kali ini, Anda juga akan mendiskusikan isi teks drama.

Hal unik dalam drama adalah pengungkapan watak tiap tokoh

dengan dialog yang diucapkannya. Dari dialog tersebut, kita dapat

mengetahui apakah tokoh tersebut humoris, pemarah, peragu,

ataupun licik. Dialog mendukung tindakan para tokoh. Oleh sebab

itu, pada akhirnya muncul motif tindakan para tokoh yang tersusun

dalam alur cerita.

Dalam dialog, terdapat gaya bahasa yang masing-masing

secara khas dimiliki oleh tiap tokoh. Pada kutipan drama Rama

Bargawa yang akan dijadikan contoh, Anda dapat lebih dalam

memahami gaya bahasa dan hubungannya dengan watak tiap tokoh.

Gaya bahasa dan watak yang dipunyai tokoh Bargawa, Semar,

Petruk, Gareng, dan Bagong tentu berbeda-beda.

Bahasa juga menjelaskan latar belakang kondisi sosial budaya

yang terdapat dalam drama. Melalui bahasan yang ada dalam

dialog dapat diketahui tempat, waktu/zaman, dan keadaan di mana

cerita terjadi.

Tema keseluruhan cerita dapat membedakan jenis isi drama.

Anda dapat menentukan apakah drama tersebut berjenis komedi,

sejarah, rumah tangga, propaganda, ataupun satire (sindiran). Dari

semua jenis drama tersebut, pada akhirnya Anda dapat mengambil

amanat (pesan). Amanat dapat dikaitkan dengan kehidupan Anda

sehari-hari.

Berikut adalah adegan XVII drama Rama Bargawa. Bacalah

dengan cermat.

Anda diharapkan dapat:

• mengevaluasi isi

naskah drama;

• mengetahui unsur-

unsur pementasan

drama dengan

melakukan diskusi

Tujuan Belajar

A

Mendiskusikan Isi

Mendiskusikan Isi

Drama

Drama

217

217

Memahami Drama

Rama Bargawa

Karya D. Jayakusuma

Adegan XVII

Semar datang sambil tertawa terkekeh-kekeh

Semar : Maafkan saya, anak-anak saya. Me-

mang agak kurang ajar, walau sudah

berkali-kali dihajar tanpa bayar. Saya

ini Semar, budak biasa, budaknya.

Prabu Rama saja, tidak pakai embel-

embel.

Bargawa : Jadi namanya Rama saja-tidak-pakai-

embel-embel.

Semar : Maksud saya Rama saja, thok. Dia

bukan Rama Barba wabawa.

Petruk : Juga bukan Bar ngangsu di kali baru.

Gareng :

Bukan pula Bar ngawur di kali tawur.

Bagong : Juga bukan Bar Bir di tempat parkir

Semar :

Sudah siap menghadap majik an saya?

Bargawa : Lekas bawa dia kemari.

Gareng : Jangan omong asal omong.

Petruk : Salah omong bisa monyong.

Bagong : Sekali monyong minta lontong

Bargawa :

Sekali lontong... gila. Biar aku ke sana.

Semar : Tunggu saja di sini dengan sabar

Pada adegan XVII tersebut, tokoh Semar tetap sebagai tokoh

berwatak bijak. Namun, karena drama ini jenis komedi, tokoh

lainnya seperti Bargawa, Petruk, Gareng, dan Bagong menjadi

hampir sama kedudukannya.

Gaya bahasa yang digunakan para tokoh dalam dialog

campur-campur. Hampir semua tokoh bergaya bahasa campuran,

tidak ada unsur kedaerahan. Gaya bahasa yang menonjol adalah

bahasa sehari-hari yang dipleset-plesetkan sehingga kental unsur

komedinya.

Amanat juga dapat dilihat pada dialog Gareng dan Petruk,

yakni

Dan jangan berani kurang ajar lebih baik berdamai kompromi.

Kaitan dengan gambaran sosial budaya masa kini, drama ini

masih aktual, sebab pesan dan nilai-nilai di dalamnya me rupakan

kejadian di masa kini.

Adegan XVIII

Semar pergi.

Gareng : Dan jangan berani kurang ajar.

Petruk : Lebih baik berdamai kompromi

Bagong : Tapi bayar uang administrasi uang

semir juga. Jadi mau plesir? Aku

ladeni.

Bargawa : Bawa dia lekas kemari. (Bargawa

mengangkat kapak

nya Gareng,

Petruk dan Bagong memasang

kuda-kuda pendak, boksen dan

gulat).

Sumber

: Naskah drama

Rama Bergaw

a, 1985

218

218

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Bentrokan dalam Asrama

Panggung merupakan sebuah ruangan

besar tempat anak-anak asrama baca-baca atau

bercakap-cakap. Di sebelah kiri dekat dinding

depan sebelah meja kecil duduk seorang anak

muda, Hasan. Ia menghadap ke tengah ruangan.

Asyik menulis. Sebentar-sebentar penanya

dicelupkannya ke dalam tinta, dan sebentar-

sebentar menyapu rambutnya ke belakang.

Umur

nya kira-kira 15 tahun, rambutnya

panjang, kulit mukanya kuning berbintik-bintik

penuh jerawat, matanya sipit. Badan kurus.

Di tengah-tengah ruangan ada lagi sepasang

kursi dengan meja satu. Di sana duduk dua orang

lagi anak muda. Mereka sedang berhadapan-

hadap

an main catur. Yang seorang rambutnya

keriting. Badannya tegap, kuat. Umurnya hampir

16 tahun. Hadi namanya.

Berlainan sekali badan yang dihadapinya.

Lemah sekali tampaknya, pucat, kecil, sakit-

sakit. Anas nama anak muda itu. Kira-kira 14

tahun lebih. Ia berkacamata.

Dalam ruangan itu di sebelah kanan se-

lanjut

nya kelihatan ada sebuah lemari buku.

Sebuah pintu keluar di tengah-tengah dinding

belakang. Dan di atas pintu itu bergantung

sebuah jam. Jarumnya menunjukkan setengah

dua belas. Beberapa pigura dan sebuah

kalender menghiasi dinding.

Anas dan Hadi bergiliran memindahkan

anak caturnya, bergiliran pula merenung. Dan

kalau Anas lahap berpikir, maka dihentaklah

oleh Hadi "Hai, ngantuk lu! Giliranmu!"

Maka dengan tenang Anas memindahkan

anak caturnya.

Sekali, ketika Anas dibentak begitu, Hasan

yang sedang asyik menulis, turut membentak,

"Memang si Anas suka ngantuk!"

Tapi dengan tenang pula Anas memindah-

kan anak caturnya. Hadi merenung lagi. Matanya

menancap atas kuda.

Anas membuka kacamatanya, digosok-

gosok gelasnya dengan sapu tangan, dilihatnya

sebentar ke atas, lalu dipasangnya lagi. Saat itu

pula dibentak oleh Hadi dengan suaranya yang

berat, "Ayo giliranmu! Main kacamata saja !

Aku sudah!"

Setenang tadi pula Anas memindahkan

kudanya. Dan dengan suara yang tipis berseru,

"Shak!"

Hadi kaget.

"Shak?! Betul-betul Shak?!"

Ditatapnya papan catur, selaku orang yang

mancing menatap air. Garuk-garuk kepala.

"Kau kalah Hadi?!" terdengar suara Hasan

yang rebek, ia mencelupkan penanya ke dalam

tinta.

Hadi tidak menjawab. Jarinya menokok-

nokok daun meja, dan kemudian setelah

menepuk-nepuk keningnya, ia memindahkan

raja.

"Mati!" teriak Anas dengan gembira.

Hadi melongo.

"Mati aku?" setengah dalam mulut.

"Kalah, Hadi?" terdengar lagi suara Hasan

yang rebek.

"Betul-betul aku mati?" tanya Hadi pada

dirinya sendiri, sambil mengerutkan keningnya.

Dan tiba-tiba rrrttt disapunya papan catur

dengan tangannya. Anak-anak catur ber-

gelimpang

an, kuda tersungkur, benteng ter-

banting ke lantai, raja bersujud, semuanya

rebah, semuanya runtuh.

"Kalah lagi, Hadi?" terdengar lagi suara

rebek untuk ketiga kalinya. Hasan bangkit

Karya Achdiat Karta Mihardja

Bacalah penggalan naskah drama berikut dengan baik.

Latihan

Latihan

Pemahaman

Pemahaman

219

219

Memahami Drama

dari kursinya. Dan dengan kakinya yang kurus

panjang, melangkah ke tengah menghampiri

kedua kawan yang sedang bertanding itu.

Sambil menyapu rambutnya ke belakang ia

bertanya, "Kau kalah, Hadi?" Kini suara yang

rebek itu tegas mengejek. Dan Hadi ditepuknya

di punggung nya. Sedang matanya yang sipit

melirik secepat kilat ke dalam wajah Anas,

yang sedang membereskan alat-alat catur ke

dalam kotaknya.

Anas berdiri, lalu keluar dengan tidak

berkata apa-apa. Hasan mengikuti badan kecil

berkacamata itu dengan pandangan matanya

sampai menghilang di balik pintu. Kemudian

dengan menepak lagi punggung Hadi katanya,

"Sebetulnya kau kalah itu bukan karena kau

kalah pandai, Hadi, tapi kau kurang awas. Betul

tidak? Si Anas itu anak yang licik, terlalu cerdik,

terlalu pelit, betul tidak?"

Hadi tidak acuh.

Sumber

: Penggalan naskah drama

Bentrokan dalam Asrama

.

1. Tuliskanlah tokoh- tokoh drama tersebut dan tentukan

karakternya.

2. Uraikanlah

setting

/latar drama dihubungkan dengan karakter

tokoh.

3. Buatlah kesimpulan tema dan amanat drama tersebut dengan

bukti teks yang mendukung.

Tugas

Tugas

Kelompok

Kelompok

1. Buatlah kelompok drama dan mainkanlah sebuah drama oleh

kelompok Anda sebaik mungkin.

2. Diskusikanlah penampilan setiap kelompok drama atas

naskah drama yang dimainkan.

220

220

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Lukisan Matahari

Karya Agnes Yani Sardjono

Sudah tiga malam berturut-turut, Sukamdi

bermimpi agak aneh. Ia melihat 17 matahari

muncul ber samaan. Meski jumlahnya 17, panas-

nya sama dengan satu matahari. Tiga mata

hari

menyembul dari daerah persawahan di depan

rumahnya. Em pat matahari mun

cul dari ufuk

timur. Lima matahari tiba-tiba berada di langit.

Sedang lima terakhir tampak berputar-putar

pada ketinggian kira-kira 5000 kaki di atas

per mukaan laut.

Pada malam ke-4, ke-5 dan ke-6, ia tak

mimpi apa-apa. Tapi pada malam ke-7 ia mimpi

lagi. Dan sama, melihat 17 matahari. Malam-

malam berikut laki-laki itu seperti takut tidur.

Meski rasa kantuk sudah mirip siksaan yang

men

dera ia tetap berusaha untuk tak memejam

-

kan mata. Tergolek di samping istrinya, berkali-

kali memiringkan badan lalu membalik kan lagi

sehingga istrinya protes karena merasa ter-

ganggu.

"Ada apa sih, Mas?" protes istrinya kesal.

"Gelisah, gelisah, gelisah terus. Kulihat sudah

seminggu ini kau selalu menghindar untuk tidur.

Punya gacoan baru, ya?"

"Lagi-lagi gacoan," kilah Sukamdi. "Sampai

kapan kau tidak akan cemburu?"

"Sampai kau tak pernah gelisah! " tukas

Mia, istri Sukamdi."Lelaki di mana-mana sama.

Kalau lagi punya gacoan baru tak kerasan tidur

di samping istrinya."

"Beberapa malam aku mimpi agak aneh."

"Oh, ya?" sungut Mia dingin. "Mimpi naik

pesawat terbang buatan dalam negeri lalu me-

ledak, begitu?!"

"Aku mimpi melihat 17 matahari."

"Oh" wanita itu kaget lalu mengguncang

guncang pundak suaminya. "Kau tidak ber-

bohong? Benar-benar mimpi?!"

"Ya. Kau aneh. Untuk apa ngaku-aku ber-

mimpi kalau tidak mimpi beneran?!"

Pada Pelajaran 12 bagian C, Anda telah belajar menulis

drama berdasarkan cerpen yang telah dibaca. Pelajaran kali ini

hampir sama dengan Pelajaran tersebut, yakni menulis drama

berdasarkan hasil membaca cerpen. Agar Anda lebih mudah

mengikuti Pelajaran ini, coba buka kembali materi pada Pelajaran

12 bagian C tersebut.

Cara-cara menyadur cerpen ke dalam bentuk drama hampir

sama dengan cara menulis drama berdasarkan cerpen atau novel.

Sebelum Anda menyadur cerpen, Anda harus membaca dan

mencermati cerpen yang akan disadur. Unsur-unsur drama dengan

cerpen hampir sama, bedanya adalah pada cerpen percakapan

tidak berbentuk dialog tetapi penuturan.

Setelah anda membaca cerpen yang akan disadur, tentukan

unsur-unsur intrinsik dari cerpen tersebut. Tokohnya siapa saja;

karakternya bagaimana; latarnya di mana saja; dan al

urnya

bagaimana.

Coba perhatikan contoh berikut.

Menyadur

Menyadur

Cerpen ke Dalam

Cerpen ke Dalam

Bentuk

Bentuk

Drama

Drama

B

Anda diharapkan dapat:

• memahami langkah-

langkah penyaduran

cerpen ke dalam

bentuk drama

• mengetahui

perbedaan unsur-

unsur drama dan

cerpen.

Tujuan Belajar

221

221

Memahami Drama

Dari penggalan cerpen tersebut dapat dibuat sebuah naskah

drama sebagai berikut.

"Zaman sekarang. Orang pada suka

bohong. Penipu lebih banyak dibanding yang

di tipu. Maka, siapa tahu, mimpi pun cuma hasil

tipuan."

"Busyet!" umpat Sukamdi.

Berdua lalu duduk. Dan Sukamdi men-

cerita

kan mimpinya pada Mia. Wanita itu men-

dengar dengan sungguh-sungguh. Baginya, mimpi

bukan sekadar bunga tidur. Bisa jadi sebuah

isyarat dari sebuah masa. Entah masa lampau

atau masa depan. Manusia terkadang sering

tumpul daya penangkapannya atau malah

sengaja ditumpulkan dengan kedok bahwa hal

itu tak ilmiah.

"Mimpi yang dahsyat," desis Mia sambil

memandangi suaminya. "Kau akan jadi orang

hebat. Dikenal luas oleh masyarakat. Siapa tahu,

ya siapa tahu, sebagai pelukis derajat mu akan

naik. Bukan lagi sebagai pelukis kaki lima yang

dilecehkan orang. Siapa tahu lagi, pameranmu

bulan depan bisa sukses."

Sukamdi mengangguk-angguk. Hari-hari

terakhir ini ia memang sedang kerja keras

me ram

pungkan beberapa buah lukisan. Se-

mua lukisan naturalis, ada beberapa yang agak

dekoratif. Selama ini tak pernah karyanya

dilirik kolektor kakap atau namanya diucap

oleh kritikus seni, wartawan saja enggan meng-

ekspos dirinya. Malah ada yang menyindir bahwa

dirinya tak lebih pelukis sepiring nasi. Artinya,

harga lukisannya memang cukup untuk makan

sekali.

Sumber

: Kumpulan cerpen

Lukisan Matahari

, 1993

Panggung menggambarkan sebuah kamar

tidur.

Sukamdi :

(Gelisah.

Memiringkan badan lalu

memiringkannya)

Mia

: Ada apa sih Mas? Gelisah, , gelisah,

gelisah terus.

Kulihat sudah se-

minggu ini kau selalu menghindar

untuk tidur. Punya gacoan baru, ya?

Sukamdi :

Lagi-lagi gacoan sampai kapan kau

tidak akan cemburu?

Mia

: Sampai kau tak pernah gelisah! Le-

laki di mana-mana sama. Kalau lagi

punya gacoan baru tak kerasan tidur

di samping istrinya.

Sukamdi : Beberapa malam aku mimpi agak

aneh.

Mia

: Oh, ya? Mimpi naik pesawat ter-

bang buatan dalam negeri lalu me-

ledak, begitu?!

Sukamdi : Aku mimpi melihat 17 matahari.

Mia

: Oh, (kaget) Kau tidak ber

bohong?

Benar-benar mimpi?! (mengguncang

guncang pundak suaminya)

Sukamdi : Ya. Kau aneh. Untuk apa ngaku-

aku ber mimpi kalau tidak mimpi

beneran?!

Mia :

Zaman sekarang. Orang pada

suka bohong. Penipu lebih banyak

dibanding yang di

tipu. Maka, siapa

tahu, mimpi pun cuma hasil tipuan.

Sukamdi : Busyet!

Mereka berdua lalu duduk. Sukamdi men-

cerita

kan mimpinya pada Mia. Wanita itu men-

dengar dengan sungguh-sungguh.

Mia :

Mimpi yang dahsyat. Kau akan

jadi orang hebat. Dikenal luas oleh

masyarakat. Siapa tahu, ya siapa tahu,

sebagai pelukis derajat mu akan naik.

Bukan lagi sebagai pelukis kaki lima

yang dilecehkan orang. Siapa tahu

lagi, pameranmu bulan depan bisa

sukses.

Sukamdi mengangguk-angguk.

disadur dari cerpen

Lukisan Matahari

karya Agnes Yani Sardjono

Lukisan Matahari

222

222

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Setelah Anda mempelajari cara-cara menyadur cerpen ke

dalam bentuk drama, kerjakanlah latihan berikut ini agar Anda

lebih memahaminya.



Bacalah penggalan cerpen berikut dengan baik. Kemudian

buatlah sebuah naskah drama berdasarkan cerpen tersebut.

Hujan mengepung rumah itu, aku pun

mengetuk pintu dan bertanya, "Apakah engkau

ada?" Pintu pun dibuka, "Engkau kan sedang

berada di luar sana, di sawah." Aku pun buru-

buru pergi ke sawah, hujan tidak turun, ber

tanya

kepada yang sedang mencangkul, "Apakah eng-

kau ada?" Cangkul diletakkan, keringat diusap,

"Konon engkau sedang me

nyeberang sungai."

Aku pun segera menuju sungai. Air hampir

meluap. Aku berteriak dari tepi, ber

tanya ke-

pada yang sedang berjalan di atas arus yang

deras itu, "Apakah engkau ada?" Suara air yang

meluap itu memekakkan telinga dan ku

dengar

di sela-selanya, "Kau ternyata tidak paham-

paham juga, engkau sedang mendaki bukit itu.

Cari sana." Jalan menanjak, bukit berbatu-batu,

menikung-nikung sampai ke suatu lereng, dan

aku pun bertanya kepada yang sedang meman-

dang jauh ke bawah sana, "Apakah

engkau ada?"

Apakah Engkau Ada?

Karya Sapardi Djoko Damono

Agak lama aku tidak mendengar jawaban, dan

akhirnya kudengar suara lemah, "Engkau sedang

berada jauh di bawah sana, di antara hiruk-pikuk

itu." Aku pun tergesa-gesa menuruni bukit

itu, terengah-engah mendekati teriakan, yel,

poster, pidato yang tak mungkin bisa kupahami

maknanya, dan bertanya kepada yang sedang

berada di mimbar membawa pengeras suara,

"Apakah engkau ada?" Kudengar jawaban di

antara hiruk-pikuk itu, "Engkau ber ada di rumah,

sedang sibuk mencari-cari di meja makan, kolong

tempat tidur, dan tempat sampah sambil terus-

menerus bertanya, "Apakah engkau ada?" Capek,

aku pun pulang ke rumah yang itu juga dengan

mata sembab karena rindu, mem bukakan pintu

dan bertanya sangat pelahan "Apakah engkau

ada?" Terdengar gemanya di seluruh ruangan,

mengepungku.

Sumber

: Majalah

Kalam

, 2001

Latihan

Latihan

Pemahaman

Pemahaman

223

223

Memahami Drama

Periodisasi sastra adalah pembagian sastra dalam beberapa

periode atau beberapa zaman. Pembagian sastra menurut zamannya

berarti pembagian ditinjau ber dasarkan zamannya.

Untuk menggolongkan suatu karya sastra pada suatu periode

tertentu, tentu harus berdasarkan ciri-ciri tertentu, sebab tiap-

tiap periode/ angkatan sastra mempunyai ciri yang berbeda. Ciri

khas sastra tiap periode/ angkatan merupakan gambaran dari

masyarakatnya sebab sastra itu merupakan hasil dari masyarakatnya.

Jika masyarakat berubah, sastranya pun akan berubah. Berdasarkan

pendapat, itu ter jadi lah penggolongan sastra atau periodisasi sastra

seperti berikut.

1. Sastra Indonesia Lama (Sebelum Tahun 1920)

Kesusastraan lama adalah kesusastraan yang lahir sebelum

Abdullah bin

Abdul Kadir Munsyi. Kesusastraan lama lahir

diperkirakan 1500 setelah agama Islam masuk ke Indonesia sampai

abad XIX.

Kesusastraan Melayu pada waktu itu masih bersifat

cerita lisan dari mulut ke mulut, belum berbentuk tulisan/ huruf.

Orang yang bercerita dan berpantun waktu itu namanya pawang.

Pawanglah yang dianggap sebagai buku kesusastraan. Pawang

yang berjasa menerapkan kesusastraan kepada rakyat sebab rakyat

pada waktu itu belum bisa membaca dan menulis. Rakyat bisa

mengetahui kesusastraan kalau menghadiri pertunjukan yang

dilakukan oleh para pawang di daerah Melayu.

Ciri-ciri kesusastraan lama bahasanya masih menggunakan

bahasa baku yang kaku, ceritanya masih berkisar dewa-dewa,

raksasa, atau dongeng yang muluk-muluk, misalnya mencerita

kan

putri yang cantik jelita serta istana yang indah, atau cerita tentang

pengembaraan seorang putra raja.

Setelah masuknya agama Hindu dan Islam ke Indonesia, baru

kesusastraan ini ada bukti tertulis dalam bentuk buku.

Kesusastraan lama yang asli bisa dibagi menjadi tiga

bagian.

a. Cerita yang hidup dalam masyarakat, misalnya Lebai

Malang, P

ak Belalang, Pak Kadok, dan Si Makbul.

b. Sejarah lama yang bersifat nasional, misalnya Hikayat

Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja

Aceh, dan Silsilah Bugis.

Menganalisis Perkembangan

Menganalisis Perkembangan

Berbagai Bentuk Sastra Indonesia

Berbagai Bentuk Sastra Indonesia

C

Sampul buku

Hikayat Hang Tuah,

salah satu cerita hikayat Indonesia.

Gambar 16.1

Gambar 16.1

Sumber

: Sampul buku

Hikayat Hang Tuah

224

224

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

e. Pelipur lara, misalnya Hikayat si Miskin, Hikayat

Mashudul Hak, Hikayat Malin Deman, Hikayat Awang

Sulung Merah Muda, dan Cerita si Umbut.

Sastra lama Indonesia, selain memiliki sastra asli juga

memiliki

sastra yang bukan asli. Artinya, sastra yang sudah

mendapat pengaruh luar, misalnya mendapat pengaruh cerita Jawa,

di antaranya Hikayat Panji Semirang, Hikayat Cekel Weneng Pati,

Jaran Resmi, dan Damar Wulan. Selanjutnya, sastra lama Indonesia

mendapat pengaruh Hindu dan Arab Parsi.

Pengaruh Hindu, misalnya Mahabarata, Ramayana, dan Panca

Tantra. Dalam bahasa Indonesianya, ketiga buku itu menjadi Sri

Rama, Walmiki, Kekawin, Serat Kanda, Keling, dan Tambak.

Pengaruh Arab Parsi, pertama ketatanegaraan, misal nya buku

Tajussa Latin (Mahkota Raja-Raja), Bustanussalatin (Taman Raja-

Raja), Lukmanul Hakim, dan Abunawas. Kedua, roman sejarah,

misalnya Iskandar Zulkarnaen, Amir Hamzah, dan Muh. Ali

Hanafi

ah. Ketiga, didaktik, misalnya Bayan Budiman, Hikayat

Bakhtiar (Gulam), dan Cerita 1001 Malam.

Selain sastra berbentuk prosa juga ada sastra yang berbentuk

puisi. Sastra termasuk puisi lama itu, di antaranya pantun, mantra,

bidal, carmina, syair, gurindam, talibun, gurindam, syair masnawi,

bait, rubai, kithah, gosali, dan nazam.

Syair berasal dari bahasa Arab, gurindam dari bahasa Tamil.

Seloka berasal dari bahasa Sanskerta, mantra, bidal, dan pantun

merupakan sastra lama asli Indonesia. Jenis puisi lainnya adalah

masnawi, bait, rubai, khithah, gosali, gajal, dan nazam diambil dari

bahasa atau sastra Arab Parsi.

Pujangga terkenal penggubah syair adalah Abdullah bin Abdul

Kadir Munsyi, Hamzah Pansuri, dan Raja Ali Haji.

Puisi yang berasal dari barat adalah soneta. Soneta berasal dari

bahasa Italia yang terbentuk dari kata lain sono, berarti bunyi atau

suara. Soneta lahir pada pertengahan abad ke-13 di Kota Florence.

Dari Italia, soneta menyebar ke seluruh Eropa terutama ke Eropa

Barat, di antaranya Inggris dan Nederland. Kira-kira abad ke-20,

soneta itu dibawa ke Indonesia oleh pemuda yang bersekolah di

Nederland.

Pelopor pujangga soneta Indonesia adalah Muhamad Yamin,

Y.E. Tatengkeng, Rustam Efendi, Intoyo, dan Sutan Takdir

Alisjahbana.

2. Sastra Indonesia Masa Kebangkitan (1920–1942)

Perkembangan bahasa dan sastra Indonesia mulai naik,

sejalan dengan gerak bangsa yang memilikin

ya. Pembentukan

mulai tampak dengan berdirinya gerakan nasional yang dipimpin

oleh Budi Utomo (1908). Dari sini, timbullah sastra baru yang

Mengenal

Mengenal

Lebih Dekat

Lebih Dekat



Raja Ali Haji

adalah

pujangga termasur

dari Pusat Kebudayaan

Melayu Riau–Johor. Dia

dianggap pembaharu

gaya penulisan Melayu

pada pertengahan abad

ke-19.

Sejak remaja, putra

Raja Bugis ini sering

mengikuti ayahnya

merantau ke Batavia.

Karya terkenalnya

antara lain

Gurindam

Dua Belas

(1846),

Kitab

Pengetahuan Bahasa

(1854),

Syair Nikah,

dan

Syair Gemala Mustika

.

Sumber

:

Ensiklopedi Sastra

Indonesia

, 2004

225

225

Memahami Drama

dipancarkan oleh masyarakat baru pula. Pada masa itu, keadaannya

lebih dinamis dan dikuasai oleh dunia percetakan serta merupakan

alam kebebasan individu. Dalam masa ini, nama pengarangnya

lebih menonjol, begitu pula hasil karyanya. Hasil karya nya lebih

banyak sehingga lebih memungkinkan setiap orang bisa menikmati

karya para pengarangnya.

Dalam kebangkitan ini (1020-1945) penjelasannya akan

dibagi-bagi lagi menjadi seperti berikut.

a. Periode 1920 atau Masa Balai Pustaka

Pada tahun 1908, pemerintah Belanda mendirikan lembaga

bacaan rakyat yang bernama vollectuur dengan ketuanya Dr.

G.A.J. Hajeu. Lembaga bacaan rakyat bertugas memilih karangan-

karangan yang baik untuk diterbitkan sebagai bahan bacaan rakyat.

Pada 1917, lembaga bacaan itu diubah menjadi Balai Pustaka dan

yang menjadi redakturnya adalah para penulis/ pengarang dan para

ahli bahasa Melayu.

Balai Pustaka bersedia menerbitkan buku karya sastrawan-

sastrawan bangsa Indonesia tentu ada syarat-syaratnya. Misal nya,

jangan sekali-kali karangan itu mengandung unsur-unsur yang

menentang pemerintah. Begitu pula jangan sampai menyinggung

perasaan golongan tertentu dalam masyarakat; serta karangan

itu harus bebas/ netral dari agama. Kedudukan Balai Pustaka

makin besar perannya, walaupun memberikan kekangan kepada

pengarang. Misalnya, para pengarang diberi jalan untuk mengarang

lebih baik sehingga bakatnya terpupuk; begitu pula masyarakat

diberi kebebasan untuk menikmati buku-buku terbitannya, yang

dampaknya masyarakat bertambah pengetahuannya. Namun,

setelah adanya nota Rinkes, pe ngarang tidak diberi kebebasan

untuk mencipta; beberapa buku menjadi korban karena terjerat

sensoran; begitu pula karangan asli bangsa Indonesia banyak yang

diubah olehnya.

Buku-buku karya sastra yang sempat terbit pada masa Balai

Pustaka itu, di antaranya:

1)

Azab dan Sengsar

a, Si Jamin dan Si Johan, dan Binasa

karena Gadis Priangan

karya Merari Siregar;

2)

Siti Nurbaya, Anak dan Kemenakan, Pulau Sumbawa, dan

Lahami

karya Abdul Muis;

3)

Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Surapati, dan Robert Anak

Surapati

karya Abdul Muis;

4)

Hulubalang Raja, Katak Hendak Menjadi Lembu, Salah Pilih,

Cobaan, Karena Mertua, Mutiara, Apa Dayaku karena Aku

Perempuan, Cinta Tanah Air, Neraka Dunia, ` Masa Kecil,

dan Korban karena Percintaan

karya Nur St. Iskandar;

5)

Di Bawah Lindungan Ka’bah, Karena Fitnah, Merantau ke

Mengenal

Mengenal

Lebih Dekat

Lebih Dekat



Pawang adalah

orang yang mempunyai

keahlian istimewa atau

yang bertalian dengan

ilmu gaib. Biasanya tokoh

masyarakat lama ini

adalah ahli mengucapkan

berbagai mantra dan

jampi, mahir berpidato,

paham soal hukum dan

adat serta hafal berbagai

dongeng dan hikayat.

Pawang dalam sastra

melayu lama dikenal

sebagai orang yang

mempunyai keahlian

yang erat hubungannya

dengan hal-hal yang

baik. Ia termasuk orang

yang keramat dan dapat

berhubungan dengan para

dewa atau hyang.

Sumber:

Ensiklopedi Sastra

Indonesia

, 2004

226

226

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Deli, Tuan Direktur, Terusir, Keadilan Ilahi, Tenggelamnya

Kapal van Der Wijck, Lembaga Hidup, Revolusi Agama,

Ayahku, Adat Minangkabau, Negara Islam, Empat Bulan

di Amerika, dan Kenang-Kenangan Hidup Menghadapi

Revolusi

karya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah);

7)

Si Dul Anak Betawi, Pertolongan Dukun, Si Cebol

Merindukan Bulan, dan Desa/Cita-cita Mustafa

karya Aman

Datuk Majoindo;

8)

Sengsara Membawa Nikmat, Tidak Membalas Guna, dan

Memutuskan Pertalian

karya Tulis St. Sati.

Selanjutnya bermunculan pengarang-pengarang yang lainnya,

yang semula didominasi oleh orang Sumatra, setelah diadakan

ikrar Sumpah Pemuda 1928, yang salah satu ikrarn

ya menjunjung

tinggi bahasa Indonesia. Dengan diresmikannya bahasa Indonesia

menjadi bahasa Nusantara di Indonesia, bermunculan pengarang-

pengarang dari pulau-pulau lainnya, seperti berikut:

1) A.A. Panji Tisna atau I. Gusti Panji Tisna dari Bali. Karyanya

I. Swasta

Setahun di Bedahul

u;

Sukr

eni Gadis Bali;

Ni Rawit

Ceti Penjual Orang

;

Dewi Karuna

; dan

I. Made Widiadi

.

2) Paulus Supit dari Minahasa Sulawesi Utara, karyanya

Kasih

Ibu.

3) L. Wairata dari Seram Maluku karyanya

Cinta dan Kewajiban.

4) Haji Oeng Muntu dari Sulawesi Selatan. Karyanya

Pembalasan dan Karena Kerendahan Budi

;

5) Sutomo Johar Arifi

n dari Jawa karyanya

Andang Teruna

.

b. Periode 1993 (Pujangga Baru)

Pada masa ini, Belanda banyak mengeluarkan peraturan

terutama pembatasan dalam karangan bangsa Indonesia. Hal ini

terjadi karena Belanda merasa takut, kalau-kalau bangsa Indonesia

bangkit untuk mengadakan per

golakan perjuangan kemerdekaan.

Karena sudah tampak gejala-gejala adanya rasa nasionalisme yang

disebabkan karya sastra yang berbau politik, semangat perjuangan,

masalah agama, dan karya yang berisi pendidikan telah mampu

mencerdaskan masyarakat pribumi.

Dengan semangat yang gigih, bangsa Indonesia khususnya

para pengarang secara diam-diam mendirikan organisasi baru yang

diberi nama Pujangga Baru. Nama itu diambil dari nama majalah

yang diterbitkan mereka pada 29 juli 1933. Penerbitan majalah

Pujangga Baru itu dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir

Hamzah, Armijn Pane, dan Sanusi Pane.

Hasil karya dan pengarang masa angkatan Pujangga Baru

dilihat adalah sebagai berikut.

Belenggu,

salah satu novel karya

Armijn Pane.

Gambar 16.2

Gambar 16.2

Sumber

: Sampul buku

Belenggu

227

227

Memahami Drama

1) Bentuk puisi, di antaranya:

a)

Rindu Dendam

karya

Y

.E. Tatengkeng

(1934)

b)

Tebaran Mega

karya St. Takdir Alisjahbana

(1936)

c)

Nyanyi Sunyi

karya

Amir Hamzah (1937)

d)

Jiwa Berjiwa

karya

Armijn Pane

(1939)

e)

Gamelan Jiwa

karya Armijn Pane (1940)

f)

Buah Rindu

karya Amir Hamzah (1941)

2) Bentuk prosa, di antaranya:

a)

T

ak Putus Dirundung Malang

karya Sutan Takdir

Alisjahbana (1929)

b)

Dian yang Tak Kunjung Padam

karya Sutan Takdir Alis

jahbana 1932.

c)

Mencari Pencuri Anak Perawan

karya Suman Hasibuan

(1932)

d)

Pertemuan Jodoh

karya Abdul Muis (1933)

e)

Kalau Tak Ada Untung

karya Selasih (1933)

f)

Kehilangan Mestika

karya Hamidah (1935)

g)

Layar Terkembang

karya St. Takdir Alisjahbana (1936)

i)

Sukreni Gadis Bali

karya I. Panji Tisna (1938)

j)

Neraka Dunia

karya St. Iskandar (1937)

k)

Di Bawah Lindungan Kabah

karya Hamka (1938)

m)

Tenggelamnya Kapal van Der Wijck

karya Hamka (1938)

n)

Belenggu

karya Armijn Pane (1940)

c. Periode 1942 (Zaman Jepang)

Karya sastra pada masa ini ada dua corak, yaitu karya sastra

dan pengarangnya resmi di bawah naungan Pusat Kebudayaan

Jepang dengan istilah kompromis. Mereka mencipta sesuai

dengan batas-batas yang ditentukan Pusat Kebudayaan. Sastrawan

kelihatan kehilangan pegangan, tetapi mereka mencari jalan baru

untuk mengatakan sesuatu. Cara yang tidak berbahaya, tetapi

cita-cita terlaksana. Melalui cara ini, banyak karya sastra yang

bercorak simbolik.

Pengarang-pengarang dan karya-karyanya yang timbul pada

masa Jepang ini adalah:

1) Usmar Ismail karyanya

Kita Berjuang

, Diserang Rasa

Merdeka, Api, Citra, dan Liburan Seniman.

2) Rosihan Anwar karyanya berupa puisi yang berjudul

Lukisan

kepada Prajurit.

3) Maria Amin karyanya

Tinjaulah Dunia Sana

;

Dengarlah

Keluhan Pohon Mangga; Penuh Rahasia.

3. Sastra Indonesia Masa Perkembangan (1945–Sekarang)

Pada masa ini, Indonesia sudah merdeka sehingga tidak

bergantung lagi kepada bangsa lain dan tentunya berpengaruh

terhadap perkembangan karya sastra pada masa itu.

Buah Rindu,

salah satu kumpulan puisi

karya Amir Hamzah.

Gambar16.3

Gambar16.3

Sumber

: Sampul buku

Buah Rindu

228

228

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

a. Periode 1945

Pengarang yang ikut memperjuangkan Indonesia merdeka

pada w

aktu itu adalah Chairil Anwar, Idrus, Asrul Sani, Usmar

Ismail dan masih banyak lagi. Rosihan Anwar memberikan nama

kepada mereka sebagai pengarang Angkatan ‘45 yang dimuat dalam

majalah Siasat yang menjadi pelopor dalam bidang puisi Chairil

Anwar, seniman dalam bidang prosa adalah Idrus.

Karya sastra Angkatan ‘45 mempunyai ciri-ciri tertentu,

misalnya bentuknya agak bebas dan isinya bercorak realitas.

Pujangga yang menjadi penghubung dalam masa ini kalau dilihat

dari karyanya adalah Armijn Pane dan El Hakim.

Karya-karya Angkatan ‘45 dipengaruhi pujangga-pujangga

Belanda dan dunia, misalnya Rusia, Italia, Prancis, dan Amerika.

Karya-karya mereka berupa sajak, novel, drama, dan cerpen. Sajak

yang dihasilkan berisi akibat peperangan dan perjuangan gerilya,

dan isi cerpennya menggambarkan peri kehidupan manusia.

Karya sastra dan pengarangnya pada masa Angkatan ‘45, di

antaranya:

1) Chairil Anwar karyanya

K

erikil Tajam,

dan

Deru Campur

Debu.

2) Idrus karyanya

Surabaya

dan

Dari Ave Maria ke Jalan Lain

ke Roma.

3) Asrul Sani karyanya

Tiga Menguak Takdir

, bentuk cerpennya:

Panen

,

Bola Lampu; Museum; Perumahan bagi Fadrija

Navari, Si Penyair Belum Pulang, Sahabat Saya Cordiza,

Beri Aku Rumah, Surat dari Ibu, Elang Laut, dan Orang

dalam Perahu.

4) Usmar Ismail karyanya

Permintaan Terakhir

(cerpen),

Asoka

Mala Dewi

(cerpen)

, Puntung Berasap (kumpulan sajak),

Sedih dan Gembira (

kumpulan drama),

Mutiara dari Nusa

Laut

(drama)

, Tempat yang Kosong, Mekar Melati, Pesanku

(sandiwara radio)

, dan Ayahku Pulang

(sandiwara saduran)

.

b. Periode 1950

Periode ini hanya kelanjutan dari Angkatan ‘45 dengan ciri-

ciri sebagai berikut.

1) Pusat kegiatan sastra telah meluas ke seluruh pelosok

Indonesia tidak han

ya terpusat di Jakarta atau Yogyakarta.

2) Kebudayaan daerah lebih banyak diungkapkan demi mencapai

perwujudan sastra nasional Indonesia.

3) Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan

pada kekuasaan asing, tetapi kepada peleburan antara ilmu

dan pengetahuan asing berdasarkan perasaan dan ukuran

nasional.

Salah Asuhan,

salah satu novel karya

Abdoel Moeis.

Gambar 16.4

Gambar 16.4

Sumber

: Sampul novel

Salah Asuhan

229

229

Memahami Drama

Pengarang yang dimasukkan ke dalam periode ini, yakni:

1) Toto Sudarto Bachtiar karyanya Suara (kumpulan sajak)

(1950–1955) dan Etsa (1958);

2) Ajip Rosidi karyanya

Tahun-Tahun Kematian

(1955),

Di

Tengah Keluarga

(1956), Sebuah Rumah buat Hari Tua

(1957),

Perjalanan Penganten

(1958),

Pesta

(kumpulan

sajak) (1956),

Ketemu di Jalan

(1956),

Cari Muatan

(1959),

dan

Tinjauan tentang Cerita Pendek Indonesia

(1959);

3) Trisnoyuwono karyanya

Laki-laki dan Mesiu

(1959) serta

Angin Laut

(1958);

4) Nugroho Notosusanto karyanya

Hujan Kepagian

(1958) dan

Tiga Kota

(1959);

5) Nh. Dini karyanya

Dua Dunia

(1958);

6) Subagio Sastrawardoyo karyanya

Simponi

(kumpulan puisi)

(1957);

7) A.A. Navis karyanya

Robohnya Surau Kami

(1956).

c. Periode 1966

Peristiwa yang penting di Indonesia ada dua, yakni peristiwa

1945 dan peristiw

a 1966. Peristiwa 1945 momentum nya

kemerdekaan, sebagaimana dilontarkan penyair Chairil Anwar

yang berontak terhadap penjajahan Jepang pada 1943 dengan aku

ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang. Adapun peristiwa

1966 momentumnya menegakkan keadilan dengan kejadian itu para

penyair/pengarang dan para cendekiawan timbul suatu ledakan

pemberontakan karena telah sekian lamanya dijajah jiwanya oleh

semboyan-semboyan dan slogan-slogan yang tidak wajar dan tidak

sesuai dengan kepribadian bangsa.

Beberapa pengarang Angkatan ‘66 dan karyanya perlu

diketahui dengan baik, di antaranya:

1) Ajip Rosidi karyanya

T

ahun-Tahun Kematian; Di Tengah

Keluarga; Sebuah Rumah buat Hari Tua;

dan

Perjalanan

Penganten;

2) Mohamad Ali karyanya

58 Tragedi; Siksa dan Bayangan;

Persetujuan dengan Iblis; Kubur Tak Bertanda;

serta

Hitam

atas Putih;

3) Toto Sudarto Bahtiar karyanya

Suara dan Etsa;

4) Nh. Dini karyanya

Dua Dunia; Hati yang Damai;

dan

Pada

Sebuah Kapal;

6) Trisnoyuwono karyanya Angin Laut serta Laki-Laki dan

Mesiu;

8) A.A. Navis karyanya

Robohnya Surau Kami; Bianglala;

Hujan Panas; Kemarau;

dan

Gerhana;

9) Sapardi Djoko Damono karyanya

Sajak Orang Gila; Dingin

Benar Malam Ini;

dan

Doa di Tengah-Tengah Masa;

Hujan Kepagian,

salah satu karya

sastra karya Nugroho Notosusanto

Gambar16.5

Gambar16.5

Sumber

: Sampul buku

Hujan Kepagian,

230

230

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

10) Arifi

n C. Noer karyanya

Nurul Aini

dan

Siti Aisyah;

11) Gerson Poyk karyanya

Hari-Hari Pertama

;

Mutiara di

Tengah Sawah

; dan

Sang Guru

;

12) Ramadhan K.H. karyanya

Priangan si Jelita dan Royan

Revolusi;

13) W.S. Rendra karyanya

Orang-Orang di Tikungan Jalan

;

Balada Orang-Orang Tercinta

;

Ia Sudah Bertualang; Empat

Kumpulan Sajak;

serta

Mastodon dan Burung Condor

;

14) Titi Said karyanya

Perjuangan dan Hati Perempuan

serta

Lembah Duka.

4. Karya yang Mendapatkan Penghargaan

Dalam sejarah perk

embangan sastra Indonesia, kamu

mengetahui sejumlah karya sastra yang pernah mendapatkan

penghargaan, baik yang berupa hadiah Sastra Nasional BMKN,

Hadiah Sastra Yamin maupun hadiah tahunan pemerintah.

Pada 1964, Yayasan Yamin memberikan penghargaan kepada

orang Indonesia yang berhasil pada 1963 dalam bidang sastra

tercatat beberapa nama yang penah mendapat peng hargaan Hadiah

Sastra Yamin: Pagar Kawat Berduri (Trisnoyuwono), Daerah Tak

Bertuan (Toha Mochtar), Orang-Orang Baru dari Banten Selatan

(Pramoedya Ananta Toer), dan Mereka Akan Bangkit (Bur

Rasuanto, tetapi ia menolak hadiah tersebut).

Sejak 1969, pemerintah Republik Indonesia juga memberi

kan

penghar

gaan kepada seniman dan ilmuwan yang dianggap

berjasa. Di bidang sastra beberapa karya sastra yang pernah

mendapat penghargaan, antara lain

Sitti Nurbaya

(roman,

Marah Rusli, 1922),

Salah Asuhan

(roman, Abdul Muis,

1928),

Belenggu

(novel, Armijn Pane, 1940),

Atheis

(novel,

Achdiat K. Miharja, 1949),

Harimau! Harimau!

(novel,

Mochtar Lubis),

Madah Kelana

( puisi, Sanusi Pane, 1931),

Nyanyi Sunyi

( puisi, Chairil Anwar, 1949), dan

Deru Campur

Debu

( puisi, Chairil Anwar, 1949).

5. Aliran-Aliran Kesusastraan

Aliran dalam dunia sastra, antara lain:

a.

Realisme (realita = kenyataan) melukiskan kenyataan sebagai

objek cerita. Segala sesuatunya dilihat dari kacamata ini,

yakni kacamata nyata. Yang paling banyak karya sastranya

termasuk ke dalam aliran ini adalah karya sastra Angkatan

‘45. Sebab karya sastranya benar-benar mengungkapkan

kenyataan hidup sehari-hari khususnya kenyataan yang

berhubungan dengan revolusi dengan segala aspeknya. Karya

sastra yang termasuk beraliran realisme, antara lain Pada

Sebuah Kapal

(Nh. Dini),

Sitti Nurbaya

(Marah Rusli),

Salah

Asuhan

(Abdul Muis), dan

Harimau! Harimau!

(Mochtar

Lubis).

Pertemuan Dua Hati,

salah satu novel

karya Nh. Dini.

Gambar 16.6

Gambar 16.6

Sumber

: Sampul buku

Pertemuan Dua Hati,

231

231

Memahami Drama

b. Determinisme (determinite = menentukan) melukiskan nasib

buruk yang ditentukan oleh keadaan zaman dan lingkungan

(paksaan nasib). Misalnya,

Atheis

(Achdiat K. Mihardja)

dan

Neraka Dunia

( Nur. St. Iskandar).

c. Naturalisme (natur = alam) adalah aliran sastra yang lebih

bertolak dari pelukisan yang sesuai dengan yang seharusnya

atau senyata-nyatanya, termasuk pelukisan hal-hal yang

buruk yang lazim ditemukan dalam kehidupan manusia

dan masyarakatnya. Kejelekan dan kebobrokkan masya-

rakat dilukiskan sepeti apa adanya. Aliran ini berusaha

men

capai kesetiaan kepada alam dengan menolak gambar-

an imajinatif tentang kehidupan ini. Beberapa karya sastra

yang dapat digolongkan beraliran naturalisme, antara lain

Belenggu

(Armijn Pane),

Surabaya

(Idrus),

Malam Jahanam

(Motinggo Busye), dan

Hati Nurani Manusia

(Idrus).

d. Neonaturalisme atau naturalisme corak baru adalah

naturalisme yang tidak han

ya mengemukakan keburukan

atau kejelekan, tetapi cenderung pula menuliskan keadaan

yang baik dan bagus. Karya yang mengarah kepada aliran

ini, antara lain

Tak Putus Dirundung Malang

(Sutan Takdir

Alisjahbana),

Sengsara Membawa Nikmat

(Tulis Sutan

Sati), dan

Dian Yang Tak Kunjung Padam

(Sutan Takdir

Alisjahbana).

Mengenal

Mengenal

Lebih Dekat

Lebih Dekat



BMKN adalah

singkatan dari Badan

Musayawarah Kebu-

dayaan Nasional.

Lembaga ini pernah

memberikan hadiah

sastra Indonesia

yang menghasilkan

karya sastra bermutu.

Beberapa karya dan

pengarang yang pernah

mendapat Hadiah

Sastra Nasional BMKN

antara lain; Jalan Tak

Ada Ujung (novel,

Mochtar Lubis, 1953),

Laki-Laki dan Mesiu

(cerpen, Trisnoyuwono,

1960), Tjerita dari Blora

(cerpen, Pramoedya

Ananta Toer, 1953),

Perempuan (kumpulan

cerpen, Mochtar Lubis,

1956), Pulang (novel,

Toha Mochtar, 1960),

Tandus (kumpulan

puisi, S. Rukiah, 1953),

Priangan si Jelita ( puisi,

Ramadhan K.H., 1960),

Titik-Titik Hitam

(drama, Nasyah Djamin,

1960), Saat yang

Genting (drama, Utuy

Tatang Sontani, 1960),

Merah Semua Merah

(drama, Mh. Rustandi

Kartakusumah, 1960).

Sumber

:

Jejak Langkah Sastra

Indonesia

, 1986.

1. Jelaskan ciri-ciri kesusastraan lama.

2. Apa saja karya yang termasuk kesusastraan lama?

3. Tuliskan buku-buku karya sastra yang sempat terbit pada

masa Balai Pustaka.

4. Tuliskan lima karya sastra dan pengarangnya yang

mendapatkan penghargaan.

5. Tulis dan jelaskan aliran-aliran dalam karya sastra.

Latihan

Latihan

Pemahaman

Pemahaman

232

232

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Tugas

Tugas

Kelompok

Kelompok

Bacalah sebuah karya sastra yang pernah mendapatkan

peng

hargaaan. Analisislah karya sastra tersebut. Ungkapkan

pendapatmu mengapa karya sastra itu pantas mendapatkan

penghargaan.

Sumber:

www.wikipedia.org

Achdiat Kartamihardja

(lahir di

Cibatu, Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911.

Berpendidikan AMS-A Solo dan Fakultas

Sastra dan Filsafat UI. Ia pernah bekerja

sebagai guru Taman Siswa, redaktur Balai

Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Per-

wakilan Jakarta Raya, dosen Fakultas Sastra

UI (1956-1961), dan sejak 1961 hingga

pensiun dosen kesusastraan Indonesia pada

Australian National University, Canberra,

Australia. Achdiat juga pernah menjadi redaktur harian Bintang

Timur dan majalah Gelombang Zaman (Garut), Spektra, Pujangga

Baru, Konfrontasi, dan Indonesia. Di samping itu, ia pernah menjadi

Ketua PEN Club Indonesia, Wakil Ketua Organisasi Pengarang

Indonesia, anggota BMKN, angggota Partai Sosialis Indonesia, dan

wakil Indonesia dalam Kongres PEN Club Internasional di Lausanne,

Swiss (1951).

Kumpulan cerpennya,

Keretakan dan Ketegangan

(1956)

mendapat Hadiah Sastra BMKN tahun 1957 dan novelnya,

Atheis

(1949) memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah RI tahun 1969 (R.J.

Maguire menerjemahkan novel ini ke bahasa Inggris tahun 1972 dan

Sjuman Djaya mengangkatnya pula ke layar perak tahun 1974).

Mengenal

Mengenal

Ahli Sastra

Ahli Sastra

233

233

Memahami Drama

Drama adalah pengungkapan watak dari tiap tokoh melalui

dialog. Dari dialog tersebut, dapat diketahui watak dari

tokoh yang ada dalam naskah drama. tidak hanya itu,

dari dialog pun dapat diketahui latar dan alur cerita. Jenis

drama dapat dibedakan dari tema keseluruhan cerita. Ada

drama berjenis komedi, satire, sejarah, dan sebagainya.

Unsur-unsur yang ada dalam drama hampir sama dengan

cerpen. Latar, alur, tema, tokoh dan amanat ada dalam

drama. Penyaduran dikakukan dengan memerhatikan

unsur-unsur yang ada dalam drama.

• Ada beberapa ragam karya sastra Indonesia, yakni

prosa, puisi, dan drama. Ragam karya sastra tersebut

dikelompokkan berdasarkan periodisasi sastra.

Intisari

Intisari

Pelajaran 16

Pelajaran 16

Setelah Anda mengikuti Pelajaran ini, kini Anda mendapatkan

pengetahuan untuk mendiskusikan isi dari sebuah drama. Selain

itu, Anda pun semakin memahami unsur-unsur yang ada dalam

drama dan cerpen, Tak hanya semakin mahir berapresiasi, kini

Anda pun mengetahui sejarah Sastra Indonesia.

Refl

eksi

Refl

eksi

Pelajaran 16

Pelajaran 16

234

234

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

1. Evaluasilah pementasan drama yang telah Anda lakukan pada Pelajaran 16.

2. Ubahlah penggalan cerpen berikut ini ke dalam bentuk drama.

Sudah beberapa hari ini, Sari tidak pernah

bertatap muka dengan Agung lagi. Agung sudah

jarang lewat di depan kelasnya. Padahal, letak

kelas Agung melewati kelas Sari kalau dia mau ke

kantin untuk jajan pada jam istirahat.

Apa agung

sengaja tidak jajan ya?

Mungkin, dia malu kalau

tiba-tiba berpapasan dengan Sari. Atau jangan-

jangan ... Agung malah sengaja tidak datang ke

sekolah? Soalnya, Sari tidak pernah melihatnya

lagi di kelompok anak-anak cowok Kelas 1-E

yang sering terlihat berkerumun di depan pintu

kelas, Agung juga tidak pernah mene-leponnya

lagi. Padahal nanti malam kan, malam Minggu.

Diam-diam, dalam hati, Sari berharap Agung

akan muncul tiba-tiba di teras rumahnya,

mengajaknya jalan-jalan untuk nonton bioskop

atau makan di kafe ... Pokoknya apa aja deh,

seperti yang biasa dilakukan Kak Ratna dengan

Mas Anto atau, nggak ke mana-mana juga boleh

... mereka kan, bisa duduk sambil ngobrol

lama-lama di teras. Tapi ... lagi-lagi, Mama pasti

tidak akan mengizinkan.

Hmph! Sari jadi sedih.

Jangan-jangan

...

Agung tidak menyukairiya lagi

...

Mungkin, dia sudah bertemu dengan gadis lain

yang lebih menarik dari Sari .... Mungkin ... ah,

daripada terus-terusan mikirin Agung, bikin

tambah sedih, mendingan Sari keluar kamar saja.

Melihat bagaimana dandanan Kak Ratna untuk

nanti malam. Biasanya, setiap malam Minggu

tiba, kakaknya itu tiba-tiba berubah jadi cantiiik

... sekai mirip bidadari yang baru turun dari

langit. Ya, maklumlah ... namanya saja mau jumpa

sang pacar. Tapi ... Iho kok, Kak Ratna masih

tampak biasa-biasa saja? Sama sekali belum

dandan. Malah masih tenang-tenang, duduk

di teras belakang rumah sambil baca majalah.

Pakaiannya juga baju rumah yang dipakainya dan

tadi sore. Padahal, biasanya Kak Ratna sudah

sibuk menyetrika pakaian terbagus yang akan

dipakai

nya buat nanti malam, setelah itu mandi

lagi (padahal tadi sudah mandi, tapi Kak Ratna

takut kalau badannya udah keringetan lagi). Dan

terakhir, kakak sulungnya itu akan duduk berlama-

lama di depan cermin, merapikan

make-up

di

wajahnya.

Tapi, kok malam ini lain .... Apa malam

ini Mas Anto tidak datang, ya? Jangan-jangan ...

mereka sudah putus!

Sari terus menatap kakaknya

itu dengan rasa ingin tahu. Kak Ratna menoleh

saat menyadari seseorang berdiri di dekatnya.

"Eh, Sari? ada apa?" tanya Kak Ratna sambil

meletakkan majalahnya. "Kak Ratna nggak ke

mana-mana nanti malam?" tanya Sari hati-hati

sambil duduk di dekat kakaknya. "Nggak," geleng

Kak Ratna. "Memang ada apa? Kamu ada perlu

dengan Kakak?"

Sari menggeleng. "Nggak Sari cuma heran.

Biasanya kan, Kak Ratna dijemput sama Mas

Anto?".

....

Sumber

: Kumpulan Cerpen

Impian Jacqueline,

2004

Latihan Pemahaman Pelajaran 16

Latihan Pemahaman Pelajaran 16

235

235

1. Perhatikanlah kutipan cerita berikut.

Laki-laki setengah baya itu bernama

Saginov. Orang yang baru untuk pertama kali

mendengar namanya, pasti akan mengira jika

dia orang asing. Akan tetapi, begitu melihat

wajahnya maka dugaan semacam itu sirna

seketika. Memang, ia bukan orang asing me-

lainkan orang Indonesia asli. Ia lahir di desa

Tegowanu sebuah desa kecil di Kabupaten

Grobogan Jawa Tengah. Selama ini dikenal

sebagai laki-laki yang sabar, tak banyak bicara

dan sangat ramah kepada orang lain.

Gambaran watak tokoh yang ter surat

dalam kutipan tersebut, pembaca dapat

memahami melalui ....

a. perilaku tokoh yang bersangkutan

b. pembicaraan tokoh lain

c. penjelasan langsung dari penga-

rang

d. pengakuan tokoh yang bersangkut-

an

e. penampilan tokoh yang bersangku-

tan

2. Perhatikanlah kutipan cerpen berikut.

Jam satu malam: cuaca gulita dan murung,

hujan turun selembut embun namun cukup

membasahkan. Hati-hati Kasim memimpin anak

buahnya menuruni tebing sangat hati-hati, meng–

gendong bayi pada punggungnya, sebelah kiri.

Sumber

:

Sungai

karya Nugroho Notosusanto

Marni

: Pon... Ponirah!

Ponirah : Ada apa?

Marni : Aku melihat sepintas bayangan

orang di sana!

Ponirah : Tenang saja!

Marni :

Tenang... tenang? Tenang ba-

gaimana?

Kalau musuh?

Ponirah : Musuh? Marni, kita ini berjualan

buah dan tidak punya musuh. Kita

harus yakin, yang berani bergerak

di malam hari hanya TNI. Ayo

jalan!

Marni

: Tapi bulu kudukku berdiri.

Ponirah :

Maka jangan di sini, ayo terus

jalan!

Keduanya berjalan dengan sesekali menoleh

ke belakang. Topi caping di tangan kiri. Tangan

kanan di balik seakan memegang senjata

.

Sebut saja

Supernova

sebagai sebuah esai yang

bercerita tentang "persentuhan" antara dunia

imajiner dan sains lewat

tokoh-

tokoh fi ktif

yang memiliki karakter-karakter unik. Mem-

baca

Supernova

sungguh akan banyak gunanya

bagi isi otak kita.

Kutipan paragraf tersebut adalah berupa

....

a. penggalan novel c. pidato

b. ulasan sebuah novel d. berita

e. khotbah

Untuk soal 12, 13, dan 14, perhatikanlah

kutipan drama berikut.

Kardi : Begini, Ton, maksudku agar kau ....

Anton : Aku

tidak butuh perlindungan

mu.

Aku mesti digantung. Bukan kau!

Situasi yang dilukiskan dalam kutipan

drama tersebut adalah ....

a. mencekam

c. mengerikan

d. menjengkelkan b. mengerikan

e. menggelisahkan

4. Perhatikanlah kutipan paragraf berikut.

A. Pilihlah jawaban yang benar.

Kutipan cerita tersebut menunjukkan

unsur intrinsik ....

a. tema

d. penokohan

b.

alur

e.

latar

c. amanat

3. Perhatikanlah kutipan drama berikut.

Latihan Semester 2

Latihan Semester 2

Adegan Ponirah dan Marni dengan

menggendong bakul dan mengenakan

topi caping

.

236

236

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Kardi : Sudah! Aku tahu, kau berlagak se-

bagai pahlawan agar orang-orang

menaruh per

hatian ke padamu, seh-

ingga dengan demikian kau ...

Rini

: Anton! Ini apa? Ini apa?

Kardi : Anton, Sabaaar. Kau mau bunuh diri

apa bagaimana? Masak, sedang gawat

malah bertengkar sendiri.

Anton : (

membisu

)

Trisno : Dimarahi atau dikeluarkan.

Rini : (

membisu

)

Trisno : Tetapi kau menolak pern

yataan

setia kawan ku dengan kau. Sudahlah.

Mungkin ... kita memang tidak harus

dalam satu ide. (

keluar

)

Sumber

:

Kumpulan Drama Remaja

, 1991

Gambaran watak tokoh dalam kutip an

tersebut yakni ....

9. Dalam drama, gerakan sebelum ucapan

ter dapat dalam contoh ....

a. Koncohutomo :

Rahasiaku di sini.

(

menepuk dahi

)

b. Kleopatra

:

Ayo, Bu! Kita lihat

dari dekat. (

ber-

diri

)

c. Mulyono

: Sud

ah, Bu!, duduk

di sini.

d. Joko

: (

bangkit dari kursi

)

Selamat sore, Bu.

e. Kurniawan

: L h o , k a m u ,

Wan? (terkejut)

kapan datang dari

Jakarta?

10. Perhatikanlah kutipan cerpen berikut.

6 .

T a h a p a l u r d a l a m k u t i p a n d r a m a t e r s e b u t

berada dalam situasi ....

a. pengenalan

c. konfl

ik

b. pembabakan d. akhir cerita

e. konfl

ik menurun

7. Sikap Trisno yang tampak dalam adegan

penggalan drama tersebut adalah ....

a. mencoba membujuk

b. membela diri

c. melawan

d. berusaha menjelaskan

e. menghindar

8. Perhatikanlah kutipan cerita berikut.

a. Baik hati

b. Pilih-pilih

c. Suka membeda-bedakan status.

d. Senang bergaul.

e. Banyak bicara.

5. Watak Anton dalam kutipan drama ter-

sebut adalah ....

a. sabar

d. bijaksana

b. pemberani

e. pemarah

e. pintar

"Juga si Umi ini. Saya tahu suaranya memang

bagus. Tapi suami dia seorang juru ketik yang

masih golongan I-A. Apa nantinya dia tidak

kerepotan kalau harus bergaul denagn ibu-

ibu yang lain? Dia masuk kelompok sopran,

ya? Wah, di tempat ini ada Bu Kun, lagi. Pak

Kun suami Bu kun itu bawahannya-bawah-

annya-bawahan Pak Kun.....

Sumber:

"

Paduan Suara

" karya Jujur Prananto,

Kompas

1995.

Aku pikir aku telah tertidur beberapa

jam karena pengaruh

sampanye

dan letusan-

letusan bisu dalam fi lm itu. Lalu ketika aku

terbangun, kepalaku merasa terguncang-

guncang, aku pergi ke kamar mandi. Dua

dari tempat duduk di belakangku diduduki

wanita tua dengan sebelas kopor berbaring

dengan posisi yang tidak sangat karuan, se-

perti mayat yang terlupakan di medan perang.

Kacamata bacanya dengan rantai manik-manik

berwarna-warni beradu di atas lantai dan

sesaat aku menikmati kedengkianku untuk

tidak meng ambilnya.

Nilai budaya yang tidak sesuai dengan

budaya I

ndonesia yang tersirat dalam

kutipan cerpen terjemahan adalah ....

a. minum-minum

sampanye

b. mabuk-mabukan

c. menonton fi

lm

d. dengki terhadap orang lain

e. tidak peduli terhadap orang lain

237

237

Latihan Semester 2

11.

Perhatikanlah penggalan cerpen berikut.

Berdiri di tepi jalan dihembus angin

siang yang tidak begitu kencang, kami lihat

padi mengalun bagai laut tanpa badai. Beriak

gemulai. Dan kudengar istriku menarik napas.

Tapi aku pura-pura tak mendengar. Kuarahkan

mataku ke Banjar Ayu, ke belakang kami,

lalu beralih ke arah Srinegar yang hendak

kami tuju. Aneh, aku tidak merasakan apa-

apa melihat perkampungan itu. Yang terpikir

tetap kebutuhan warga Banjar Ayu yang harus

dipenuhi.

Sumber:

"

Sahabat Yang Hilang"

karya Adek Alwi,

Kompas

1995.

Latar yang terdapat dalam penggalan

cerpen terseb

ut adalah ....

a. Laut

d.

Sawah

b. Pinggir jalan e.

Kota

c. Perkampungan

12. Perhatikan kutipan cerpen berikut.

Kutipan cerpen tersebut berlatar ....

a. di sungai

b. di pasar

c. di pinggir jalan raya

d. di bawah jembatan

e. di pinggir sungai dekat pasar

13. Di bawah ini, yang tidak termasuk cerita

pelipur lara adalah...

a. Hikayat Si Miskin

b. Lebai malang

c. Cerita Si Umbut

d. Hikayat malin Deman

e. Hikayat Mashudul hak

14. Perhatikanlah kutipan resensi berikut.

Marianne Katopo juga pernah menulis cerita-

cerita dongeng dalam bahasa Belanda, ketika

itu ia masih kecil. Pada 1960-an, dia memulai

karier sebagai cerpenis untuk koran dan

majalah. Pada 1973, novel

Raumanen

karya

Marianne Katopo medapat hadiah harapan

pada sayembara penulisan novel ....

Suara gelak tawa terdengar riuh di

antara bunyi batu-batu yang mereka lempar

ke tepian sungai. Air sungai mendesau-desau

oleh langkah-langkah mereka. Ada daun jati

me

layang kemudian jatuh ke permukaan sungai

dan bergerak menentang arus karena tertiup

angin. Agar ke hilir sana terlihat tiga perempuan

pulang dari pasar dan siap me nyebrang. Para

pencari batu diam.

Sumber

: Senyum Karyamin

karya Ahmad Tohari

1. Jelaskan kata-kata yang bermakna konotasi dan denotasi dalam puisi "Ironi" berikut.

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan tepat.

Ironi

Menjelang malam lengang

Lampu mercy

Halte dan plaza

Taman yang asri

Diejek dengkur gelandangan

Karya A. Rosyid

Sumber

:

Apresiasi Puisi Remaja

, 2004

Unsur yang diungkapkan dalam kutipan

resensi tersebut adalah ....

a. identitas buku

b. keunggulan buku

c. biografi

pengarang

d. tentang kepengarangan si pengarang

e. buku terkenal yang ditulisnya

15. Di bawah ini adalah contoh puisi lama,

kecuali...

a. Pantun

d. Syair

b. Mantra

e. Soneta

c. Carmina

238

238

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

2. Jelaskan alur yang terdapat dalam kutipan cerpen berikut.

4. Bacalah penggalan novel berikut.

Unsur intrinsik utama yang ada dalam petikan novel tersebut adalah ....

Murni

Saya tidak perlu merenungkannya,

Saya kenal sifat suami saya.

Suami saya seorang pejuang,

seorang prajurit yang setia. Tidak,

dia bukan pembunuh

Pembela

Tolong sampaikan dengan jelas

kepada Majelis Hakim

...

Sumber

: Naskah drama

Mahkamah,

Asrul Sani

Tidak tetap langkahku, ketika malam itu

kira-kira pukul tujuh aku berjalan ke rumah

Kartini di Lengkong.

Kucurahkan segala isi hatiku, ketika

ditanya mengapa aku begitu sedih. Sungguh

sakti kata hati seorang kekasih sebagai

pelipur lara. Alangkah bedanya kesaktian

kata-kata Anwar tadi di kereta api, dan kata-

kata Kartini sekarang.

Inilah sebuah hikayat Ratu Pura Negara

yang amat masyur wartanya di tanah Jawa

dan tanah Melayu. pada suatu malam, baginda

bermimpi memungut bulan jatuh keri

baannya.

Bulan itu kemudian digendung dan dibungkus

oleh permaisuri. Selang berapa lama, Permaisuri

5. Bacalah penggalan hikayat berikut. Kemudian, tuliskan tanggapan Anda terhadap gaya

bahasa dalam penggalan hikayat tersebut.

Dengan kacau dia pulang ke rumah

kontrakan

nya yang sedang sepi. Dia tersedot

pada suatu pikiran yang aneh. Apakah mungkin

Bejo dan pelukis ini yang membuat dia tidak

sesenang dulu? Cepat-cepat pikiran itu segera

dimatikan. Dia ingin kerja lebih keras seperti

Juminten, agar dapat gaji lumayan. Tapi akhir-

akhir ini, sering terpikir olehnya kedua lelaki

itu (Bejo dan pelukis) yang pernah dicintainya.

3. Jelaskan

Setting

dalam penggalan drama berikut.

Dan keduanya kini membiarkan dia terlempar

ke kamar sempit ini. Yah, Sumi memang tidak

puas terhadap segala hal. Entah sejak kapan

kamar kontrakan yang dihuni lima orang ini

mem

buat Sumi sering merasa kepanasan se-

hingga dia sulit tidur. Padahal kerja di pabrik

sangat melelahkan.

Sumber

: Cerpen

Sumi dan gambarnya,

karya Ratna Indraswari.

Sebimbang aku berjalan ke Lengkong

Besar, seringan aku kemudian pulang. Pulang

setelah tiga jam kurang lebih aku dibuai-buai

dalam kemesraan berkasih-kasihan dengan

kekasihku itu. Pulang setelah ada sesuatu yang

menetapkan hatiku, setelah ada putusan yang

membatalkan tekadku.

Sumber

: Novel

Atheis

, Achdiat Karta Mihardja

pun hamil dan pada ketika yang baik, permaisuri

pun berputera seorang laki-laki yang terlalu

amat elok parasnya, gilang gemilang kilau-kilauan

warna rupanya dan bercahaya cahaya tubuhnya

tiada dapat ditentang nyata, dan lemah gemulai

tingkah lakunya.

Sumber

:

Perintis Sastera

, 1951

239

239

Aminuddin. 1995.

Pengantar Apresiasi Karya Sastra

. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Atmajaki. 1993.

Analisis Sajak

. Bandung: Angkasa.

Bachri, Sutardji Calzoum. 1981.

O Amuk Kapak

. Jakarta: Sinar Harapan.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.

Standar Isi

. Jakarta: Departemen pendidikan

Nasional.

Basino, Titis. 2003.

Dari Lembah ke Coolibah

. Jakarta: Grasindo.

Dini, Nh. 2003.

Pertemuan Dua Hat

i. Jakarta: Grasindo.

Djuharie, O. Setiawan, Suherli, dan Teddy S.K. 2001

Panduan Membuat Karya Tuli

s. Bandung:

Yrama Widya.

Diponegoro, Muhammad. 1985.

Yuk, Menulis

Cerpen, Yu

k. Yogyakarta: Shalahuddin Press.

Fananie, Zainuddin. 2000.

Telaah Sastra

. Surakarta: MUP.

Haryono. 2000.

Rendra dan Teater Modern Indonesia

. Yogyakarta: Kepel Press.

Hasnun, Anwar. 2004.

Pedoman dan Petunjuk Praktis Karya Tulis

. Yogyakarta. Absolut.

Hoykaas. 1951.

Perintis Sastera

. Jakarta: Wolter Groningen.

Ismail, Taufi k. 1993.

Tirani dan Benteng

. Jakarta: Yayasan Amanda.

Keraf, Gorys. 2001.

Argumentasi dan Narasi

. Jakarta: Gramedia.

Keraf, Gorys. 2001.

Komposisi

. Flores: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1995.

Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses

. Bandung: Pustaka Wina.

K.H., Ramadhan. 1990.

Ladang Perminus

. Jakarta: Pustaka Utama Grafi ti.

M, Ramlan. 1987.

Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis

. Yogyakarta: Karyono.

Majid, Abdul Aziz. Abdul 2001.

Mendidik dengan Cerita

. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muis, Abdul. 2004.

Salah Asuhan

. Jakarta: Balai Pustaka.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002.

Teori Pengkajian Fiksi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1997.

Pengkajian Puisi

. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rampan, Korie Layun. 1983.

Perjalanan Sastra Indonesia

. Jakarta: Penerbit Gunung Jati.

Rampan, Korie Layun. 1986.

Jejak Langkah Sastra Indonesia

. Flores: Penerbit Nusa Indah.

Redaksi Kompas. 2000.

Dua Tengkorak Kepala.

Jakarta: Kompas.

Riantiarno, N. 1995.

Semar Gugat

. Yogyakarta: Bentang.

Robins, RH. 1992.

Linguistik Umum Sebuah Pengantar

. Yogyakarta: Kanisius.

Rumadi, A. (editor). 1980.

Kumpulan Drama Remaja.

Jakarta: Gramedia.

Saga, Tommi. 2004.

Gerhana Hati

. Jakarta: Lingkar Pena Publishing.

Daftar Pustaka

240

240

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Sarumpet, Riris Toha. 2004.

Apresiasi Puisi Remaja, Catatan Mengolah Cinta

. Jakarta: Grasindo.

Sudjiman, Panuti. 2000.

Kamus Istilah Sastra

. Jakarta: Gramedia.

Sumardjo, Jakob. 2004.

Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia

. Bandung:

STSI Press.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997.

Apresiasi Kesusastraan.

Jakarta: Gramedia.

Tarigan, Henry Guntur. 1999.

Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

. Bandung:

Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1999.

Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

. Bandung:

Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1999.

Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

. Bandung:

Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1999.

Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung:

Angkasa.

Tim Redaksi Titian Ilmu. 2004.

Ensiklopedi Sastra Indonesia

. Bandung: Titian Ilmu.

Tisna, A.A. Pandji. 1986.

Sukreni Gadis Bali

. Jakarta: Balai Pustaka.

Widyamartaya, A. dan V. Sudiati. 2004.

Kiat Menulis Esai Ulasan

. Jakarta: Grasindo.

Wiyanto, Asul. 2000.

Seri Terampil Diskusi.

Jakarta: Grasindo.

Wiyanto, Asul. 2003.

Debat Sebagai Retorika

. Semarang: CV Aneka Ilmu.

Wiyanto, Asul. 2004.

Ayo, Belajar Pidato

. Semarang: CV. Aneka Ilmu.

Yock Fang. Liau, 1991.

Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 1

. Jakarta: Erlangga.

Sumber Bacaan

Buku Album Pahlawan Bangsa

, 2003

Koran

Harian Umum

Bandung Pos,

11 Mei 1994

Harian Umum

Kedaulatan Rakyat

, 25 Januari 2005

Harian Umum

Kompas,

Edisi:

6 April 2008

5 April 2004

8 Juli 2005

28 Februari 2008

Harian Umum

Koran Tempo

,

edisi:

21 September 2005

8 Februari 2008

241

241

Daftar Pustaka

13 Februari 2008

Harian Umum

Media Indonesia

,

edisi:

3 Februari 2005

21 September 2005

Harian Umum Pikiran Rakyat

Edisi:

1 April 2004

19 Januari 2008

23 Maret 2008

Harian Umum

Republika

Edisi:

12 Desember 2004

21 Oktober 2005

24 April 2005

29 Oktober 2005

Majalah

Majalah

Cakram

, Januari 2005

Majalah

Dewi

Edisi:

Januari 1994

November 2004

Majalah Horison

Edisi:

Maret 1999

Juni 1999

Mei 2003

April 2002

Majalah

Femina

,

11-17 Desember 2003

Majalah

Flora

,

Februari 2005

Majalah

Gatra

,

Edisi:

7 Maret 2000

Maret 2005

242

242

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Majalah

Horison

Edisi:

April 2002

Maret 1999

Mei 2001

Agustus 2000

September 2004

Juni 1999

Mei 2003

Februari 2004

Majalah

Intisari

, Januari 2004

Majalah

Jalan-Jalan

,

Januari Februari 2005

Majalah

Orbit

,

Edisi:

Juli 2002

Juli 2007

Jurnal Perempuan

No.18, 2001

Majalah

Tempo

10-16 Maret 2008

Majalah

Kalam

2001

Majalah

Percikan Iman

, Oktober 2004

Edisi:

30 Juni 2004

29 Maret 1999

Majalah

Travel Club

Edisi:

Juli 1999

Juli 1991

Internet

www.layarperak.com.

www.rudyct.tripod.com.

www.suaramerdeka_internasional.htm.

243

243

A

alur

: rentetan peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita (hlm. 126, 133, 150,

151, 187, 208, 244)

B

biografi

:

buku yang isinya riwayat hidup atau perjalanan seseorang, biasanya tentang

tokoh-tokoh penting dan berjasa (hlm. 18, 27, 244)

D

diskusi

: bertukar pikiran mengenai suatu masalah atau topik (hlm. 73)

drama

: salah satu jenis karya sastra yang berbentuk dialog. (hlm. 77, 133, 134, 135,

150, 151, 156, 165, 176, 181, 186, 189, 200, 208,216, 233, 235, 236, 239,

244)

F

fonem

: satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Misalnya /a/ dan

/u/ pada kata buka dan buku (hlm. 10, 12, 24, 25, 244, 243)

K

konfl ik

: pertentangan atau percekcokan antar tokoh atau dengan diri sendiri

dalam suatu cerita (hlm. 87, 10–14, 100, 101, 244)

M

membaca

ekstensif

: membaca sebuah tulisan secara luas. dengan tujuan untuk memperoleh

informasi secara sekilas (hlm. 30,40, 92,102 ,245)

membaca

intensif

: membaca sesuatu dengan waktu sesingkat mungkin, namun mendapatkan

pemahaman semaksimal mungkin. (hlm. 714, 92, 245)

motif

: dorongan seseorang untuk mendapatkan sesuatu (hlm.151, 162, 163, 176,

184, 188, 190, 191, 192, 193, 195, 198, 216, 234, 216, 245)

P

pengimajian : penggambaran mengenai sesuatu oleh seorang penyair. (hlm. 245 )

penokohan : perwatakan seorang tokoh prosa naratif (hlm. 87, 89, 150, 162, 166)

R

resensi

: sebuah kesimpulan dan penilaian mengenai sesuatu, misalnya resensi buku,

Glosarium

244

244

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

resensi pementasan, dan lain-lain (hlm. resensi 193, 200, 213, 200, 202, 212,

199, 237)

T

tajuk rencana : salah bagian di surat kabar atau majalah yang memaparkan isu atau berita

yang sedang dibicarakan masyarakat. (hlm. 32, 245)

tema

: ide pemikiran tentang sesuatu hal (hlm. 57, 60, 123, 128, 131, 141, 146,

170, 172, 175, 176, 179, 189, 191, 198, 216, 234, 245)

transformasi : perubahan betuk, misalnya dari sebuah puisi ditransformasi menjadi

berbentuk drama atau cerpen (hlm. 164, 243, 245)

W

wawancara

: tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi atau keterangan (hlm. 30, 38, 30, 38, 53, 56, 245)

245

245

Indeks

A

alur 126, 133, 150, 151, 187, 208, 244

amanat 2, 137, 163, 167, 169, 207, 216, 217, 244

B

bilabial 10, 12

biografi 18, 27, 244

C

cerpen 117, 121, 122, 123, 125, 127

D

diskusi 173

dolsovelar 244

drama 77, 133, 134, 135, 150, 151, 156, 165, 176, 181, 186, 189, 200, 208,216, 233, 235, 236,

239, 244

E

esai 7, 13, 157, 240, 244

F

fonem 10, 12, 24, 25, 244, 243

frasa 36, 38, 57, 244

G

geseran 11, 244

getaran 244

H

hambatan 244

hampiran 11, 244

hikayat 162, 133, 134, 135, 150, 151, 156, 165, 176, 181, 186, 189, 200, 208, 216, 233, 235,

236, 244

246

246

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

I

infi ks 87, 89, 244

K

kalimat inversi 244

kalimat majemuk 74, 50, 133–146, 244

kalimat naratif 244

kata majemuk 111, 10–14, 244

klausa 133, 134, 135, 146, 150, 151, 156, 165, 244

konfi ks 87, 10–14, 100, 101, 244

konfl ik 119, 125, 134, 146, 244, 243

konsonan 10–14, 244

L

labiodental 10, 245

laporan 80, 245

latar 114, 125, 131, 135, 141, 151, 161, 163, 165, 159, 175, 176, 179, 189, 191, 206, 233, 237,

245

M

makalah 98, 95, 245

membaca cepat 63, 245

membaca ekstensif 30,40, 92,102 ,245

membaca intensif 714, 92, 245

metrum 152–158, 152, 245

motif 151, 162, 163, 176, 184, 188, 190, 191, 192, 193, 195, 198, 216, 234, 216, 245

N

notula rapat 245

P

pengimajian 245

penokohan 87, 89, 150, 162, 166

prefi ks 77, 245

puisi 152, 169, 224, 237

R

resensi 193, 200, 213, 200, 202, 212, 199, 237

rima 153, 245

247

247

Indeks

S

sambutan 2, 5, 14, 245

sengauan 11, 14, 245

sudut pandang 136, 146, 151, 158, 208, 214, 245

sufi ks 87, 89, 245

T

tajuk rencana 32, 245

tanggapan 93, 245

tema 57, 60, 123, 128, 131, 141, 146, 170, 172, 175, 176, 179, 189, 191, 198, 216, 234, 245

tokoh 31, 124, 126, 130, 136, 142, 141, 130, 150, 165, 170, 176, 179, 189, 187, 191, 205, 206,

237, 245

topik 139, 245

transformasi 164, 243, 245

U

unsur-unsur intrinsik 123, 125, 128, 133, 135, 168, 167, 174, 193, 220

V

vokal 10, 11, 12, 13, 11, 10, 11, 24, 245

W

wawancara 30, 38, 30, 38, 53, 56, 245

248

248

Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa

Bagian 1: Pelajaran Bahasa Indonesia

Latihan Semester 1

Latihan Semester 2

Latihan Semester 2

Bagian 2 : Pelajaran Sastra Indonesia

Kunci Jawaban

1. a

9. a

2. c 10. a

3. e 11. c

4. b 12. a

5. c 13. a

6. c 14. c

7. b 15. a

8. c

1. c

9. a

2. a

10. d

3. e

11. e

4. c

12. a

5. b

13. c

6. d

14. a

7. d

15. a

8. b

1. c

9. b

2. d

10. e

3. d

11. a

4. d

12. e

5. b

13. e

6. b

14. c

7. e

15. b

8. b

Latihan Semester 1

1.c

9. d

2. e

10. d

3. a

11. b

4. b

12. a

5. b

13. b

6. c

14. c

7. d

15. e

8. c